Siapa
yang tidak mengenal Abraham Lincoln? Sosok pemimpin dan tokoh inspiratif yang
dimiliki bangsa Amerika. Ternyata, sebelum menjabat sebagai presiden Amerika
Serikat, ada salah satu kisah dalam perjalanan hidupnya yang mengajarkan betapa
indahnya jika kita belajar memaafkan. Kisahnya yang satu ini mampu memberikan
kita sebuah pelajaran hidup yang sangat berharga bahwa tiada hal yang lebih
indah selain mau memaafkan.
Sewaktu menjadi seorang pengacara muda, Abraham Lincoln tidak
segan untuk diskusi dengan pengacara lainnya ketika mendapat sebuah kasus untuk
ditangani . Akan tetapi, suatu hari dia diperlakuan dengan tidak menyenangkan
ketika sedang menunggu diruang tunggu untuk menemui seorang pengacara senior.
Dia mendengar jawaban yang dilontarkan oleh pengacara senior tersebut ketika
tahu kalau Lincoln lah yang akan menemuinya. Senior itu meremehkan
kedatangannya dan lalu menyuruh orang lain untuk mengusirnya. Pengacara itu
bahkan menyebut Lincoln dengan sebutan monyet kaku.
Lincoln pun pura-pura tidak mendengar hujatan yang
dilontarkan dan mencoba tetap tenang. Perlakuan tidak menyenangkan dari
pengacara senior itu ternyata tidak berhenti begitu saja. Pengacara itu
mengabaikan keberadaan Lincoln di pengadilan dan dengan mudahnya menyelesaikan
kasus yang mereka tangani. Meskipun diperlakukan seperti itu, Lincoln justru
berdecak kagum melihat penanganan kasus yang dilakukan seniornya. Dia kagum
dengan daya nalar dan argumen kuat nan lengkap dari seniornya itu. Selesai persidangan,
Lincoln pun pulang dengan semangat baru untuk belajar lebih giat lagi.
Waktu pun berlalu dan akhirnya Lincoln berhasil duduk di
bangku presiden. Dia mengangkat seseorang diantara para kritikus utamanya yang
bernama Edwin Stanton, untuk menjadi Sekretaris Perang. Dan rupanya, beliau
adalah pengacara senior yang pernah berbuat tidak menyenangkan pada dirinya
dulu. Meskipun begitu, Lincoln tidak memilih untuk mengingat hinaan yang
didapatnya melainkan dia merasa kalau Stanton memang seorang pengacara cerdas
yang dibutuhkan oleh negaranya.
Di hari saat Lincoln meninggal, Stanton berucap kalau Lincoln
adalah sebuah mutiara yang dimiliki oleh peradaban karena hanya orang yang
berkarakter dan mau memaafkanlah yang mampu bangkit dari penghinaan yang
didapatnya.
Dari kisah di atas, kita bisa belajar betapa indahnya kalau
kita mau belajar memaafkan. Dengan belajar memaafkan, kita tidak akan
membiarkan perlakuan buruk orang lain tersebut mempengaruhi cara kita bersikap.
Kita seharusnya membalas perlakuan buruknya itu dengan tetap berbuat baik.
Memang tidak mudah tapi bukan suatu hal yang mustahil pula. Anggaplah hal itu
sebagai cambuk agar kita dapat bertahan hidup dan meraih kesuksesan apapun
medan yang akan kita hadapi. Tetaplah semangat!